Bendera One Piece dan Semangat Merah Putih, Gerindra Sulteng Ajak Anak Muda Kritis Tanpa Kehilangan Cinta Negeri

oleh -
oleh
IMG 20250804 WA0532
Abdul Karim Aljufri bersama Presiden RI Prabowo Subianto. FOTO : IST

PALU, WARTASULAWESI.COM – Ditengah maraknya fenomena pengibaran bendera bajak laut One Piece menjelang Hari Kemerdekaan, Partai Gerindra Sulawesi Tengah memilih bersikap terbuka dan reflektif.

Sekretaris DPD Partai Gerindra Sulteng, Abdul Karim Al Jufri, menyebut simbol budaya pop semacam itu bukan ancaman, tetapi ekspresi zaman yang patut dihargai selama tidak melunturkan semangat kebangsaan.

“Bahwa masih banyak yang harus kita benahi, itulah yang harus jadi semangat kita untuk terus berjuang demi Merah Putih,” ujar Abdul Karim Aljufri dalam keterangannya, Senin (4/8/2025).

Menurutnya, Agustus bukan semata tentang lomba panjat pinang atau arak-arakan bendera, tapi momen reflektif bagi generasi muda untuk menagih janji kemerdekaan yakni keadilan sosial, pemerintahan bersih, dan ruang partisipasi yang terbuka bagi semua warga.

“Memang negeri ini masih ada ditemukan perilaku korupsi, tapi itu tidak menyurutkan semangat kami untuk memperbaiki diri. Dan kami percaya, anak muda juga ingin negeri ini lebih baik,” tegas Bang AKA sapaan akrabnya.

AKA menekankan pentingnya ruang berekspresi yang sehat dan inklusif. Gerindra Sulteng, kata dia, tidak alergi terhadap simbol-simbol kreatif selama esensinya tetap membangun dan tidak menggantikan makna Merah Putih sebagai simbol tertinggi bangsa.

“Kami tahu kalian mencintai negeri ini. Itulah kenapa Merah Putih harus terus dikibarkan, agar semua pemimpin negeri ingat tujuan bangsa kita. Silakan berekspresi, tapi tetap harus dalam semangat membangun,” ujarnya.

AKA bahkan menarik analogi dari sejarah Islam Nusantara. Ia mencontohkan bagaimana para Wali Songo, khususnya Sunan Kalijaga, tidak melarang budaya lokal seperti wayang, tetapi justru mengolahnya sebagai sarana dakwah dan penyebaran nilai.

“Seperti Wali Songo yang tak melarang wayang, tapi menjadikannya sarana dakwah, kita pun harus bisa melihat ekspresi anak muda sebagai jembatan, bukan tembok,” katanya.

Politisi Gerindra ini menutup dengan pesan bahwa nasionalisme hari ini tak harus kaku dan eksklusif. Justru dengan semangat dialog antar-generasi, semangat cinta tanah air bisa tumbuh lebih kuat di tengah arus budaya global.

“Agustus adalah bulan nasionalisme dan kesempatan bagi kita, anak muda, untuk kritis dan menagih janji kemerdekaan tanpa kehilangan semangat kebangsaan. Jangan padamkan semangat itu hanya karena berbeda cara mengungkapkan,” tutupnya. ***