Aiptu Kadek Aruna, Sepuluh Tahun Menjaga Suara Publik

oleh -
oleh
IMG 20251011 WA0159
Aiptu Kadek Aruna. FOTO : IST

PALU, WARTASULAWESI.COM – Di tengah silih bergantinya pucuk pimpinan Polresta Palu, dari AKBP Basya Radyananda hingga Kombes Pol Deny Abrahams, ada satu sosok yang tetap setia berdiri di garis depan komunikasi publik yaitu Aiptu I Kadek Aruna.

Bagi kalangan media, nama Kadek bukan hanya sekadar personel polisi. Ia adalah jembatan kepercayaan antara kepolisian dan masyarakat.

Suaranya menjadi perpanjangan tangan institusi Polri di tingkat kota, sementara kehadirannya di setiap kegiatan, siaran pers, dan dialog publik menjadi simbol keterbukaan informasi Polresta Palu.

Sudah sepuluh tahun Kadek menapaki jalan pengabdian di bidang Humas sejak Agustus 2016 hingga kini.

Ia tidak hanya menulis dan mengirimkan rilis, tetapi juga memastikan pesan-pesan kepolisian tersampaikan dengan empati dan ketulusan.

Dari Dikyasa ke Humas: Perjalanan yang Tak Direncanakan

Awalnya, Kadek bukan bagian dari Humas. Ia adalah Kanit Dikyasa Satlantas Polresta Palu, yang dikenal pandai berbicara di depan para siswa dan masyarakat tentang keselamatan berlalu lintas.

Kemampuannya menjelaskan hal rumit dengan bahasa sederhana menarik perhatian pimpinan waktu itu, AKBP Basya Radyananda.

“Sehari setelah bertemu beliau, surat perintah pindah ke Humas keluar,” kenangnya suatu kali dengan senyum.

Dari situlah perjalanannya dimulai — perjalanan panjang yang membuatnya menjadi wajah publik Polresta Palu hingga hari ini.

Antara Polisi dan Wartawan: Hubungan yang Dirawat dengan Empati
Selama bertahun-tahun, Kadek dikenal sabar dan rendah hati menghadapi dinamika antara aparat dan media. Ia tak hanya menjadi penyambung informasi, tapi juga penjaga harmoni.

Suatu waktu, seorang wartawan, Amat Banjir, mengalami perlakuan kurang menyenangkan saat melapor ke Polsek Palu Selatan. Kadek tak menunggu perintah.

Ia datang sendiri, meminta maaf atas nama institusi. Sikapnya membuat banyak jurnalis terdiam—karena di balik seragam itu, ada sosok yang tulus menjaga hubungan dengan masyarakat pers.

“Profesi saya di Humas bukan sekadar tugas, tapi tanggung jawab moral. Wartawan adalah mitra kami,” ucapnya suatu ketika.

Menjaga Palu Tetap Teduh

Peran Kadek makin terasa di masa-masa krusial. Saat tensi sosial meningkat, terutama menjelang dan pasca Pilkada 2024, Humas Polresta Palu tampil menyejukkan publik lewat pemberitaan yang objektif dan informatif.

Bahkan, dalam aksi besar 1 September lalu, unggahan-unggahan media sosial Humas Polresta yang dikelola Kadek berperan penting menenangkan situasi.

Narasi yang ia bangun mengedepankan kesejukan, mengajak massa tetap tertib, dan menghindari provokasi.
Hasilnya nyata — aksi besar itu berlangsung damai, aman, dan penuh keteraturan.

Menapak ke Babak Baru

Kini, setelah satu dekade pengabdian, Aiptu I Kadek Aruna tengah menempuh seleksi Alih Golongan (PAG). Ujian penting yang bisa membuka jalan baginya menuju karier lebih tinggi di kepolisian.

Banyak kalangan berharap, sosok yang sudah membuktikan dirinya sebagai “wajah komunikasi Polresta Palu” itu mendapat tempat yang layak.

Sebab dalam dirinya, publik melihat makna sejati dari pengabdian: bukan sekadar pangkat dan jabatan, tapi konsistensi melayani dengan hati.

Lebih dari Sekadar Humas

Sepuluh tahun menjaga suara publik bukanlah waktu singkat. Namun Kadek menapakinya tanpa banyak sorotan, tanpa hura-hura. Ia memilih bekerja dalam diam memastikan kepercayaan masyarakat terhadap kepolisian tetap terjaga.

Di tangannya, kata-kata menjadi alat menjaga keamana dan di langkahnya, kejujuran menjadi bahasa utama yang menenangkan publik.
Aiptu I Kadek Aruna, sepuluh tahun di Humas Polresta Palu sepuluh tahun menjaga suara masyarakat agar tetap terdengar dengan jernih. ***