JAKARTA, WARTASULAWESI.COM – Wakil ketua umum Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah menyebut sistem demokrasi di Indonesia telah rusak, dalam sebuah forum diskusi yang diadakan oleh Gelora Talks.
Forum diskusi tersebut mengangkat tema “Kasak Kusuk Politik Aji Mumpung 2024, Bagaimana Tanggapan Presiden?,” . Dalam diskusi yang dipandu oleh Ahmad Nur Hidayat selaku Ketua Kebijakan Umum Partai Gelora Indonesia ini, mengahdirkan beberapa narasumber.
Antara lain seperti Anis Matta selaku ketua umum partai Gelora, Fahri Hamzah selaku Wakil ketua umum Partai Gelora, Syahganda Nainggolan yang merupakan aktivis demokrasi, Muhammad Qodari dan Ujang Komaruddin yang sama – sama selaku direktur eksekutif.
Diskusi tersebut dilaksanakan secara virtual melalui media online yang dilaksanakan oleh Gelora Talks.
Dalam penyampaiannya, Fahri Hamzah juga menyinggung terkait kejanggalan yang terjadi dalam sistem parlementer dan presidensial yang berlangsung saat ini.
Ia menganggap bahwa sistem presidensial tidak berjalan pada mestinya yang dimana seharusnya kepala pemerintahan dipegang oleh presiden dan tidak memiliki tanggung jawab terhadap parlemen (legislatif). Sementara itu, menteri bertanggung jawab kepada presiden yang merupakan kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan.
“Dalam sistem presidensial, menteri tidak punya posisi tawar. Menteri adalah perkakas presiden, dia adalah hak prerogatif presiden dan itu berlaku diseluruh dunia,” ujarnya.
Fahri juga menekankan bahwa dalam menjalankan suatu sistem yang terpilih yakni, sistem pemerintahan presidensial haruslah sesuai dan jelas sebagaimana semestinya.
“Dalam sistem presidensialisme, presiden dipilih oleh rakyat yang dicalonkan oleh partai politik dan presiden yang terpilih merupakan wujud kekuatan dari rakyat. Itulah mengapa presiden tidak boleh melakukan negosiasi dengan siapapun ataupun partai politik,” ungkapnya.
Untuk itu, Fahri Hamzah mengajak masyarakat untuk berfikir jernih dalam membaca situasi dan memperbaiki sistem yang berjalan sebagaimana mestinya.
“Kita malah mengambil fikiran yang tidak ideal, padahal kita bisa jadi negara demokrasi yang hebat karena ini adalah komitmen sejak awal. Sebagai generasi yang ingin Indonesia negara demokrasi yang hebat, bukan seperti sekarang yang abal – abal. Tidak ada fikiran, semuanya hanya kepalsuan,” tandas Fahri Hamzah. JUM